Update Terakhir: 7 Juli 2023 oleh Adha Susanto
Estimasi waktu baca: 3 menit
Ketika hujan tiba, biasanya anggota Pramuka di Kalimantan sering berteriak “kuluk kuluk” sebagai ritual pemanggil hujan. Cara memanggil hujan masyarakat adat di Kalimantan ada banyak, lho. Yuk, kita kenali dua di antaranya!
Saat di perkemahan sudah terlihat mulai mendung, hujan pun tiba, rintik-rintik, deras kemudian. Agar hujan lebih deras masyarakat di Kalimantan punya cara yang unik dan simpel.
Cara memanggil hujan ini pun menjadi hiburan ketika di perkemahan, dan saat mengamankan barang-barang tenda agar tidak basah.
Percaya atau tidak itu hak kakak. Penulis sering melakukannya, kebetulan kalo sudah teriak “kuluk kuluk” kadang bisa deras dan kadang tidak.
Jadi, ritual pemanggil hujan dengan “kuluk kuluk” bisa menjadi suatu kebetulan hujan akan turun dengan deras.
Itu pun tergantung dengan kondisi awan gelap yang terkumpul di suatu tempat. Jika awan gelap terkumpul dengan pekat dan tidak tertiup angin untuk berpindah tempat, hujan deras pasti akan turun.
Di perkemahan, hujan sebagai berkah khususnya di siang hari yang panas karena trik matahari. Dengan air hujan suhu menjadi turun. Terlebih dengan banjirnya lapangan menjadi sarana mempererat kerjasama dan komunikasi antar anggota untuk satu tujuan, yaitu menyelamatkan barang-barang dari air.
Baca Juga: Cara Membaca Cuaca Alam dengan Mudah
Tradisi memanggil hujan di Kalimantan
Melansir dari laman theasiaparent masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah mempunyai upacara adat untuk meminta hujan.
Nyaluh Ondou dikenal sebagai upacara adat memanggil hujan oleh masyarakat suku Dayak Ot Danum yang ditinggal di pinggir sungai.
Upacara adat Nyaluh Ondou dipimpin langsung oleh Damek (pemimpin upacara adat). Upacara adat yang khas dengan persembahan kepada tiga raja penguasa alam ini terawali dengan mengambil air dan pasiri di tepi sungai Kahayan. Kemudian, mengantar persembahan atau sesajen ke tengah hutan.
Sesajen terfungsikan untuk memperlancar tradisi memanggil hujan sebagai pengantar doa kepada tiga raja, yaitu:
- Raja Gamala Raja Tenggara (penguasa kilat),
- Raja Junjulung Tatu Riwut (penguasa angin), dan
- Raja Sangkaria Anak Nyaru (penguasa petir).
Setelah menggelar doa di dalam hutan, acara selanjutnya kembali ke arah sungai dengan berlari. Ketika sudah berada di tepi sungai, Damek melepaskan ayam jantan untuk ditangkap.
Catatan penting selama berjalannya ritual adat Nyaluh Ondou adalah tidak boleh berbicara atau berbisik. Menurut kepercayaan setempat, selama acara berlangsung banyak roh halus yang berdoa meminta hujan kepada sang pencipta dan memakan sesajen.
Serta masih banyak lagi tradisi pemanggil hujan di Kalimantan selain dengan meneriakkan “kuluk kuluk” saat sudah mulai rintik hujan.
Baca Juga: