Update Terakhir: 11 Juni 2023 oleh Adha Susanto
Estimasi waktu baca: 7 menit
Berbagai cara untuk membaca dan mengetahui cuaca alam hari ini atau besok akan turun hujan atau tidak terus berkembang. Namun, bagaimana perkiraan cuaca seperti hujan akan turun hanya menggunakan tanda alam seperti orang zaman dahulu? Berikut adalah cara membaca dan yang menyebabkan cuaca berubah menurut Baden Powell, dan Pranata Mangsa (Jawa).
Orang zaman dahulu menentukan dan mengetahui cuaca atau musim dengan cara membaca tanda dari alam. Sekarang, kita termudahkan untuk memprediksi atau prakiraan cuaca alam menggunakan teknologi.
Namun, bagaimana saat berkegiatan Pramuka di alam bebas? Membaca tanda-tanda alam masih menjadi andalan.
Sebelum jauh mengenal tanda alam sebagai cara untuk membaca dan mengetahui kondisi cuaca. Ada baiknya kita sama-sama mengenal definisi cuaca yang sederhana.
Berdasarkan pengertiannya cuaca adalah kondisi atmosfer atau langit yang kadang mendung, hujan, atau panas. Namun, cakupan wilayah dan waktu cuaca tidaklah luas dan berlangsung singkat.
Hal ini terjadi karena cuaca terbentuk dari beberapa unsur yang mempengaruhinya. Sehingga dalam waktu yang singkat pula cuaca masih bisa berubah.
Beberapa unsur yang menyebabkan cuaca bisa berubah pun menjadi objek penelitian oleh para peneliti. Terutama sebagai objek penelitian agar dapat membaca cuaca dan tanda alam akan turun hujan atau tidak dengan cara yang tepat.
Beberapa unsur pembentuk cuaca dan pengubah cuaca dapat kakak simak di bawah ini, ya.
Baca Juga:
- Pengertian Hiking dan Manfaat Menjaga Kesehatan Tubuh
- Jenis Jenis Tenda Perkemahan Untuk Kegiatan Outdoor
Daftar Isi
Faktor Yang Menyebabkan Cuaca Bisa Berubah
Berbagai macam faktor pembentuk dan yang menyebabkan berubah-ubahnya cuaca pada hari ini atau besok meliputi hal berikut ini.
Suhu
Kondisi dingin atau panas permukaan bumi atau wilayah tertentu terjadi karena pengaruh suhu. Suhu dipengaruhi oleh paparan sinar matahari pada wilayah tertentu dengan intensitas yang berbeda.
Jika suatu kawasan atau tempat tertentu mendapatkan banyak sinar matahari, suhu di suatu tempat atau daerah akan terasa panas. Sedangkan daerah yang mendapatkan sinar matahari dalam jumlah kecil akan cenderung terasa dingin.
Angin
Karena suatu wilayah mendapatkan paparan sinar matahari dengan intensitas yang berbeda. Kondisi ini akan mempengaruhi pola cuaca di bumi karena adanya pergerakan angin.
Secara umum pergerakan angin terjadi karena perbedaan tekanan udara yang disebabkan oleh paparan sinar matahari. Udara akan bergerak dari daerah bertekanan tinggi atau dari suhu rendah. Kemudian, bergerak ke wilayah dengan tekanan rendah dengan kondisi suhu tinggi.
Selain itu, jenis angin juga berpengaruh untuk cuaca atau iklim, yaitu angin musim, pasat, dan angin lokal. Sehingga dalam teknologi canggih masa kini membaca pergerakan angin menjadi salah satu cara menentukan prakiraan cuaca alam.
Kelembapan
Unsur yang berpengaruh besar pada kondisi cuaca selanjutnya ialah kelembapan. Kelembapan adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara. Jadi, kondisi lembab atau keringnya suatu wilayah ditentukan banyak banyak atau sedikitnya kandungan air di udara yang terus bergerak.
Awan
Salah satu cara untuk membaca cuaca alam akan turun hujan atau tidak, secara sederhana ada pada keberadaan awan mendung. Awan merupakan unsur cuaca yang terbentuk saat uap air mendingin di udara. Peristiwa yang terjadi di awan dapat membentuk tetes air atau kristal es yang kecil.
Curah Hujan
Unsur lain yang tidak kalah berpengaruhnya terhadap kondisi cuaca permukaan bumi adalah curah hujan.
Ketika udara lembap naik ke daerah yang tinggi maka udara akan mengalami kondensasi. Setelah terjadinya kondensasi udara akan membentuk tetes air yang menjadi awan. Air yang terkandung dalam awan akan jatuh berupa wujud hujan air, es atau salju.
Baca juga:
Cara Membaca Cuaca Alam
Membaca cuaca menggunakan tanda-tanda dari alam sudah sering teraplikasikan oleh manusia sejak zaman dahulu.
Namun, kemampuan membaca cuaca berdasarkan tanda alam juga tidak kalah akurat. Sebab pengetahuan yang berdasarkan ilmu titen sudah turun temurun. Serta menjadi bagian dari warisan budaya lokal oleh masyarakat setempat, contohnya di Jawa.
Baden Powell sebagai Bapak Pandu Dunia pun memperkirakan cuaca hari ini atau esok dengan mengenal tanda alam.
Tanda Alam Menurut Baden Powell
Menurut Baden Powell membaca prakiraan cuaca dengan tanda alam adalah cara terbaik ketika sedang berkemah di alam bebas. Tanda alam untuk menentukan cuaca cerah atau hujan yang paling mudah adalah warna langit dan bentuk awan.
Adapun beberapa tanda – tanda cuaca yang menjadi patokan Baden Powell ketika berkemah terdiri dari:
- Langit yang berwarna merah pada malam hari menunjukkan bahwa cuaca cerah akan datang besok hari.
- Langit yang berwarna merah pada pagi hari menandakan akan turun hujan.
- Kuning saat matahari tenggelam berarti angin.
- Kuning pucat saat matahari tenggelam berarti akan hujan.
- Embun dan kabut pada dini hari menandakan cuaca baik.
- Matahari yang terbit dari awan dengan posisi rendah menandakan cuaca akan baik.
- Matahari terbit dari awan yang tinggi berarti angin.
- Awan halus menandakan bahwa cuaca bagus.
- Siang hari dengan awan berujung kaku menandakan angin.
- Awan bergulung atau bergerigi menandakan angin kencang.
Selain Bapak Pandu Dunia yang hebat karena dapat mengenal dan mengetahui cara membaca cuaca alam.
Masyarakat lokal Indonesia seperti Suku Jawa juga memiliki pengetahuan untuk mengetahui tanda alam dalam memprediksi cuaca dan musim.
Misalnya, cara mengetahui tanda musim yang setiap hari akan turun hujan. Serta beberapa tanda alam lainnya untuk mengetahui musim dan cuaca yang akan tiba pada hari esok.
Membaca Cuaca Menurut Orang Jawa
Sejak ribuan tahun yang lalu masyarakat suku Jawa telah mengetahui cara membaca tanda alam penentu musim dan cuaca. Penentuan musim menurut orang jawa pun tersusun dalam kalender khusus.
Kalender musim kepercayaan orang jawa pun tidak kalah canggihnya dengan kalender bangsa Mesir Kuno, China Maya, dan Burna. Orang jawa mengenal kalender musim dengan nama Pranata Mangsa.
Pranata mangsa banyak di gunakan sebagai kalender musim orang jawa sejak Raja Surakarta Sri Susuhunan Pakubuwono VII meresmikannya.
Peresmian kalendernya pun bertepatan pada tanggal 22 Juni 1855. Tujuan utama peresemian Pranata Mangsa adalah membantu masyarakat jawa agar tidak bingung menentukan musim bertani dan melaut.
Inisiatid Raja meresmikan Pranata Mangsa sebagai cara untuk membaca dan mengetahui musim dan cuaca berdasarkan tanda alam sangat tepat. Dengan kalender musimnya masyarakat jawa mengenal empat musim, yaitu hujan (rendheng), akhir musim hujan (mareng), kemarau (ketigo), dan awal musim hujan (labuh).
Agar lebih memudahkan masyarakat untuk mengidentifikasi periode setiap mangsa. Penyusunan Pranata Mangsasudah tersejajarkan dengan kalender Gregorius (Masehi) yang sudah terlebih dahulu dikenal.
Penggunaan Pranata Mangsa sebagai cara dalam menentukan cuaca berdasarkan tanda alam karena ada alasan yang kuat.
Masyarakat jawa yang sangat percaya bahwa tanda alam termasuk dalam bagian keteraturan alam sebagai bagian dari lingkaran kosmos. Sehingga dari tanda-tanda alamlah hukum alam akan memberikan isyarat kepada manusia mengenai tata cara memperlakukan alam dan lingkungan.
Oleh karen itu, Pranata Mangsa merupakan synderesis dari lex naturalis (hukum alam) sebagai cara orang jawa membaca hukum alam. Menjadi hukumnya orang Jawa (lex humana) yang menjadi pedoman sekaligus menjiwai untuk memprediksi cuaca dan iklim.
Tanda Alam Menurut Orang Jawa
Contoh tanda alam untuk membaca cuaca bahwa musim atau hari hujan akan turun adalah burung-burung yang sulit mencari makan. Perilaku tumbuhan seperti durian, nagka belanda, kelengkeng masih terus berbuah.
Nah, keberadaan Pranata Mangsa bagi orang jawa sifatnya tidaklah kaku. Ada berbagai faktor yang menyebabkan cuaca bisa berubah. Oleh karena itu, ilmu lokal ini pun mengikuti sifat orang jawa yang terbuka menyesuaikan keadaan alam.
Keberadaan Pranata Mangsa sebagai kalender musim ini pun hanya berlaku bagi orang jawa. Sebab kalender ini ditetapkan berdasarkan peredaran matahari yang menyinari di Pulau Jawa.
Baca juga: