3 Permainan Tradisional Papua dan Cara Bermainnya

permainan tradisional papua

Update Terakhir: 12 April 2024 oleh Adha Susanto

Estimasi waktu baca: 5 menit

Tiga contoh permainan tradisional Papua dengan nilai budaya dan pendidikan karakter bagi anak-anak ialah hawam, kayu malele, dan tok asya.

Di era zaman now, anak-anak kota atau daerah lainnya yang sudah terjamah oleh gadget dan internet lebih asik bermain di rumah.

Tapi tidak bagi anak-anak yang berada di daerah Timur Indonesia, khususnya daerah Papua pedalaman.

Anak-anak Papua pedalaman menjalani harinya dengan bermain dan mencari sumber pangan di lingkungan sekitarnya bersama teman sebaya atau orang tua.

Di Papua, berburu tidak hanya jadi salah satu kegiatan rutin bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pasalnya, kegiatan berburu bagi anak laki-laki menjadi suatu bagian dari kehidupan. Sebarai sarana bermain, misalnya.

Untuk itu tak sedikit permainan yang membutuhkan kekuatan fisik, dan keterampilan berburu seperti menombak.

Tujuannya pun beragam, entah untuk unjuk kekuatan, sebagai hiburan, dan adu ahli dalam suatu kompetisi yang fair.

Pada tiga contoh permainan tradisional anak-anak daerah Papua yang kita uraikan pada paragraf selanjutnya terdominasi oleh permainan anak laki-laki.  

Unjuk kekuatan dan keterampilan dasar dalam berburu ialah dasar dari permainan Papua.

Oleh karenanya, peralatan penunjang permainan tradisional adalah peralatan berburu, yakni tombak, lingkaran rotan, dan kayu ranting.

Bagaimana bentuk permainannya?

Yuk, simak uraian singkatnya di bawah ini!

Baca Juga:

Permainan Kayu Malele

Permainan satu ini dikenal oleh anak-anak Nusantara, namun dengan nama berbeda.

Misalnya, di Pulau Jawa, anak-anak mengenalnya dengan permainan patil lele.

Karena penyebaran permainan ini meluas di seluruh anak-anak Nusantara. Untuk itu pula, tidak ada yang berbeda dari cara bermainnya selain beda secara nama.

Pada permainan tradisional kayu malele , anak-anakPapua menggunakan dua alat utama, yakni tongkat pemukul dan anak tongkat.

Panjang dua kayu itu pun berbeda: (1) Tongkat pemukul menggunakan kayu ranting dengan panjang berkisar 50 cm; (2) Anak tongkat merupakan kayu ranting dengan kisaran panjang 20 cm.

Cara bermainnya pun sederhana. Yakni, anak-anak secara alami terpanggil untuk bermain bersama di lapangan luas dan membentuk dua tim.

Setiap tim terdiri dari tiga sampai lima orang anak yang mereka tentukan berdasar metode pembagian yang telah tersepakati.

Nah, salah satu metode yang menjadi favorit anak-anak Nusantara ialah “hompimpa alaium gambreng.”

Ketika sudah terbentuk dua tim, permainan tradisional anak-anak Papua ini tidak bisa terlangsungkan begitu saja.

Sebelum memulai permainan, dua tim sepakat untuk menentukan tim siapa yang akan bermain terlebih dahulu.

Tim yang bermain lebih dahulu ialah tim yang berkesempatan melemparkan anak tongkat. Kemudian, anak tongkat itu pun ditangkap oleh tim penjaga yang kalah dalam penentuan tim yang pertama bermain.

Selama anak tongkat tidak bisa tertangkap sempurna oleh tim penjaga. Tim pemain akan terus bermain dan mendapatkan poin penuh hingga permainan berakhir.

Permainan tradisional Papua tok asya

Hanya dimainkan oleh anak laki-laki dengan keahlian berburu di alam liar. Permainan tradisional tok asya terkenal sebagai permainan yang melatih ketangkasan dan keahlian membidik suatu benda yang bergerak atau statis.

Oleh karena itulah, permainan ini bernama tok asya. Pasalnya, cara bermain yang lekat dan identik untuk anak laki-laki ini pun mempunyai tantangan tersendiri. Yakni setiap pemain harus mampu menggelindingkan tali rotan berbentuk lingkaran menggunakan tombak. Kemudian, laju larinya harus terhentikan dengan cara ditombak. 

Selain itu, dalam aturan permainan tok asya pemain harus menggelindingkan rotan dari arah saling berlawanan antar pemain.

Untuk itulah, permainan tradisional anak-anak Papua satu ini tidak menjadi permainan bagi anak-anak perempuan.

Baca Juga:

Permainan tradisional hawam

Contoh permainan tradisional ketiga yang melatih ketangkasan anak laki-laki daerah Papua dengan tingkat resiko tinggi adalah hawam.

Permainan yang hampir serupa dengan permainan tok asya yang melemparkan tombak ke sebuah target membutuhkan keterampilan dan konsentrasi tinggi.

Sasaran lempar menetap atau bergerak menjadi tantangan bagi anak laki-laki yang terlatih atau masih berlatih sebagai pemburu tradisional.

Anak-anak dengan umur sebaya berkumpula pada sebuah lapangan luas dan sepakat untuk melangsungkan permainan hawam.

Target tombak runcing sepanjang dua meter yang mengudara dari tangan seorang anak laki-laki terlatih itu pun harus tertancap sempurna pada sebuah objek. Entah itu pohon pisang atau hewan buruan.

Nilai pendidikan karakter

Hidup menyatu dengan alam menyajikan berbagai tantangan yang menuntut sikap disiplin, paranoia konstruktif, hingga pantang menyerah.

Permainan pun menjadi sarana bagi anak-anak Papua untuk berlatih agar mencapai suatu tujuan, yakni mendapatkan hasil maksimal.

Dalam permainan yang menuntut sikap disiplin, pantang menyerah, dan kehati-hatian itu pun menjadi sarana membentuk karakter dalam diri anak-anak.

Baca Juga:

Sumber:

About Adha Susanto

Senior Rover Scout of Diponegoro University

View all posts by Adha Susanto →