4 Permainan Tradisional Sunda dan Cara Bermainnya

permainan tradisional sunda dan cara bermainnya

Update Terakhir: 2 September 2023 oleh Adha Susanto

Estimasi waktu baca: 7 menit

Tak jauh berbeda pada permainan tradisional anak-anak Indonesia di setiap daerah. Misalnya anak-anak suku Sunda yang mengenal permainan dan cara bermainnya yang sama, tapi dengan nama berbeda. Nah, pada artikel ini kami rangkum permainan tradisional Sunda yang khas, di antaranya gatrik, oray-orayan, bubuyungan, dan tokecang.

Selain sebagai sarana hiburan dan olahraga, ragam permainan tradisional juga mengajarkan pendidikan karakter pada anak.

Pasalnya, dalam permainan anak-anak dapat memahami arti kebersamaan, sporitfitas, kejujuran, dan sebagainya.

Demikian pula pada berbagai permainan tradisional anak-anak suku Sunda.

Sebenarnya tak hanya empat permainan tradisional yang mendidik karakter terhadap anak-anak. Pada artikel ini kami memilih merangkum empat permainan khas dan banyak mengajarkan pendidikan.

Baca Juga:

Permainan gatrik

Contoh permainan tradisional Sunda pertama yang mengajarkan pendidikan karakter pada anak-anak adalah gatrik.

Gatrik merupakan permainan yang umum bagi anak laki-laki. Karena dalam permainan ini sangat mengandalkan ketangkasan, kelincahan, dan ketepatan.

Terlebih permainan gatrik menggunakan ranting kayu atau bambu kecil sebagai alat utama membutuhkan kehati-hatian agar tidak cedera.

Cara bermainnya

Dalam permainan ini terdapat dua regu yang setiap regunya minimal beranggotakan tiga pemain.

Dengan hompimpa alaium gambreng maka setiap regu dapat menentukan anggota regunya.

Setelah terbentuk dua regu, selanjutnya menentukan regu mana yang akan main terlebih dahulu (melempar bambu).

Selama permainan tradisional Sunda ini berlangsung, terdapat dua aturan permainan yang sederhana dan tersepakati oleh kedua regu.

Pertama, regu yang bertugas melempar bambu harus melempar bambunya menggunakan pengungkit dari bambu sejauh-jauh mungkin. Dengan catatan, posisi bambu yang akan diungkit harus berada dalam posisinya, yakni terlenteng pada dua penyangga.

Kedua, regu penjaga harus menangkap bambu dengan baik dan penuh kehati-hatian agar tidak cedera. Jika bambu berhasil tertangkap, permainan selanjutnya telah terjadi pertukaran posisi.

Nilai karakter permainan

Saat berlangsungnya permainan, anak-anak dapat memahami arti suportif, kerjasama, kebersamaan, dan kerja keras.

Baca Juga: 3 Permainan Pramuka untuk Meningkatkan Kekuatan

Permainan oray-orayan

Tak hanya akrab sebagai permainan tradisional anak Sunda. Oray-orayan yang jika kita artikan dalam bahasa Indonesia berarti permainan ular naga panjang. Maka seluruh anak daerah juga mengenal permainan ini.

Namun, pembeda dari permainan ini ada pada iringan lagu Sunda yang mengandung pesan-pesan kehidupan.

permainan oray orayan
Permainan Oray-Orayan – Kemendikbud

Cara bermain permainan oray-orayan

Bisa menjadi permainan anak laki-laki dan perempuan dengan jumlah pemain hingga dua puluh pemain. Untuk itu, permainan ini harus menggunakan lapangan yang luas.

Selama permainan ini berlangsung, anak-anak membuat barisan memanjang kebelakang dengan urutan anak yang paling tinggi di depan. Sedangkan anak dengan badan terendah berada di belakang sebagai ekor ular.

Dengan memegang pundak atau pinggang teman yang berada di depannya. Anak-anak yang menjadi pemain berbaris memanjang kebelakang, dan bergerak meliuk seperti ular atau ulat saat jalan.

Sambil menyanyikan lagu oray-orayan dan hati-hati untuk tidak tertangkap ular, karena itu cara bermainnya pun penuh kegembiraan.

Saat pemain tertangkap kepala ular, maka satu pemain yang tertangkap itu pun mendapatkan hukuman. Yaitu tidak bisa melanjutkan permainan lagi.

Sedangkan pemain yang tidak tertangkap dapat melanjutkan permainan tradisional dengan lagu pengiring berbahasa Sunda di bawah ini.

Oray orayan
Luar leor mapay sawah
Tong ka sawah
Parena keur sedeng beukah
Oray-orayan
Laur leor mapay leuwi
Tang ka leuwi
Di leuwi loba nu mandi
Oray-orayan
Oray naon, orya bungka, bungka naon, bungka laut
Laut naon, laut dipa, dipa naon, dipandeuriii…

Nilai karakter

Dari lagu yang mengiringi selama permainan berlangsung. Terdapat pesan atau nilai pendidikan sebagai “kawih barudak” yang merupakan curahan rasa agar dalam masyarakat harus mempunyai rasa gotong royong.

Baca Juga:

Permainan bubuyungan

Pada contoh permainan tradisional Sunda ketiga ini berasal dari kata “buyung” yang berarti “tempayan”. Tempayan merupakan tempat penampung air yang terbuat dari tanah liat.

Oleh karenanya, permainan tradisional Sunda ini pun dikenal sebagai bubuyungan dan cara bermainnya menggunakan sebuah kerikil. Selama permainan berlangsung terdapat nyanyian lagu berbahasa Sunda.

Berikut cara bermainnya permainan bubuyungan

Permainan yang sifatnya kompetisi antar dua regu ini membutuhkan pemain atau anak-anak minimal berjumlah 10 orang.

Kesepuluh pemain tersebut kemudian hompimpa untuk membaginya menjadi dua regu yang beranggotakan lima orang pada setiap regunya.

Dalam satu regu terdapat satu anak sebagai pemimpin atau buyung yang bertugas memindahkan kerikil dan memimpin iringan lagu.

Kedua regu pun saling berhadapan, dan masing-masing buyung suit untuk menentukan siapa yang main dahulu atau sebagai buyung. 

Untuk regu yang kalah suit mendapatkan tugas sebagai penerka keberadaan kerikil yang diartikan sebagai air itu berada.

Nah, di bawah ini adalah lirik lagu Bubuyungan yang menjadi pengiring selama permainan berlangsung.

Buyungna kosong

ayeuna dieusian

nu mana nu dieusi

kuring teu nyaho

duka ….. duka

pek teguh sing kapanggih

Bubuyungan

pek teguh sing kapanggih .. . . . . hoyah !

Saat lagu selesai dinyanyikan, regu penerka mendapatkan tantangan atas kejelian dan kecermatannya dalam menebak di buyung mana kerikil itu berada. Jika tebakan regu penerka benar, pada permainan selanjutnya terjadi pertukaran posisi.

Nilai karakter permainan bubuyungan

Aturan bermain yang harus menerka dimana keberadaan kerikil itu berada mengajarkan nilai karakter pada anak.

Regu yang menjadi buyung mendapatkan pentingnya bersikap jujur, suportif, dan cerdik. Sedangkan regu penerka mendapatkan pengajaran untuk menjadi seorang anak yang jeli, cermat, dan cerdas.

Baca Juga: 3+ Game Pramuka Indoor dan Outdoor Seru dan Menantang

Tokecang permainan tradisional Sunda

Cara bermainnya yang simpel dan tak banyak membutuhkan peralatan apa pun untuk keberlangsungan permainan. Permainan tradisional ini pun bisa menjadi permainan bagi anak laki-laki. Namun, lebih identik sebagai permainan anak perempuan.

Permainan Tradisional Tokecang – Fitri Novia

Permainan tradisional tokecang dan cara bermainnya

Ketika sebanyak lima orang anak berkumpul pada suatu tempat yang rata dan membentuk lingkaran kecil saling berpegang tangan menghadap kedalam.

Anak-anak melangsungkan permainan dengan riang karena menyanyikan lagu Tokecang berbahasa Sunda di bawah ini.

Tokecang-tokecang

maling pendil tosblong

angeun kacang angeun kacang

sapendil kosong

Dengan tetap berpegangan tangan, anak-anak bergerak maju mundur dan bernyanyi dengan riang. Nah, ketika menyebut maling pendil kosong, posisi semula yang menghadap kedalam, semuanya membalik badan dan menghadap ke luar dengan tetap berpegangan tangan.

Dan pada saat menyebut sapendil kosong, semua pemain kembali memposisikan tubuh pada posisi asal. Demikian pula seterusnya selama permainan berlangsung.

Nilai karakter permainan tradisional bagi anak-anak suku Sunda

Dalam permainan yang teriringi lagu membuat hati anak riang gembira, dan sekaligus mengajarkan kekompakan, inisiatif, dan pesan-pesan luhur.

Terlepas dari lirik lagu pendil tosblong dan sapendil kosong. Lagu yang mengiringi selama permainan berlangsung, terdapat makna agar dalam hidup ini saling tolong menolong dan rukun sesama orang.

Baca Juga:

About Adha Susanto

Senior Rover Scout of Diponegoro University

View all posts by Adha Susanto →