Update Terakhir: 29 September 2023 oleh Adha Susanto
Estimasi waktu baca: 5 menit
Cagcag, meong-meongan, dan deduplak adalah tiga contoh permainan tradisional Bali yang membutuhkan kerjasama, kekompakan, dan sportivitas. Dari cara memainkannya permainan tradisional ini mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada anak.
Eksistensi permainan tradisional di era tekonologi mungkin telah mengalami penurunan. Ini, dapat kita amati dengan semakin minimnya anak-anak bermain bersama, misalnya, saling kejar-kejaran.
Karena setiap daerah sudah terjangkau internet, anak-anak pun lebih memilih bermain gadget bersama di dalam rumah. Tidak panas dan tak banyak gerak yang menyebabkan bau badan dan resiko lainnya mungkin jadi dua alasannya.
Tapi, bagi anak-anak desa yang belum mendapatkan akses internet permainan tradisional menjadi salah satu sarana hiburan bersama.
Terlebih permainan tradisional Nusantara mengajarkan pendidikan karakter hingga ke zaman yang sudah semakin canggih seperti sekarang.
Mengapa demikian? Karena permainan tradisional Nusantara seperti yang dikenal oleh anak-anak Bali mengajarkan nilai-nilai kehidupan sosial di kemajuan zaman.
Dengan permainan tradisional, anak-anak secara tak langsung menerapkan perilaku kehidupan jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. Misalnya, menjalankan tugas sebagai pemain yang mengikuti aturan bermain.
Untuk itu, keberadaan permainan tradisional tidak dapat kita pandang sebelah mata sebagai bagian dari kegiatan kuno.
Karena nilai pendidikan karakter dan kebudayaan yang tedapat dalam permainan tradisional dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan mental anak.
Satu contoh kecilnya adalah kemudahan anak untuk bergaul bersama dengan teman dan mengeksplorasi lingkungan sekitar.
Lantas mengapa permainan tradisional begitu penting terhadap pembentukan mental dan perilaku anak?
Simak, poin-poin pendidikan karakter yang terdapat dalam tiga contoh permainan tradisional Bali di bawah ini, ya!
Baca Juga:
Daftar Isi
Permainan tradisional Bali Deduplak
Hentakan tempurung kelapa ke tanah dengan suara “plak” menjadi inspirasi dasar penamaan permainan tradisional satu ini. Dari permainan tradisional deduplak anak-anak daerah Bali dapat mengolah gerak dan rasa.
Karena dalam permainannya membutuhkan keseimbangan, kekompakan, dan kesabaran untuk memadukan gerak tangan dan kaki yang terhubung oleh tali.
Cara bermain
Tidak membutuhkan peralatan yang sulit. Permainan deduplak yang memanfaatkan tempurung kelapa dan tali akan menghubungkan gerakan kaki dan tangan.
Cara menggunakan alat permainan ini pun mudah. Pasalnya, alat permainan ini seperti menggunakan sandal jepit. Keberadaan tali yang terikat kuat pada tempurung kelapa menjadi penghubung antara kaki dan tempurung.
Keseimbangan tubuh jadi kunci utama dalam menyelesaikan permainan hingga garis finish pada saat permainan ini bersifat perlombaan. Kekuatan cengkraman jempol dan jari telunjuk kaki pun menjadi faktor penentu dalam permainan.
Nilai karakter
Seorang pemain akan mencapai garis finish dengan waktu cepat jika mampu mengendalikan diri dan mempunyai semangat berkompetisi.
Oleh karenanya, permainan ini mengajarkan nilai karakter semangat berkompetisi, melatih kecerdasan emosional, dan keterampilan pada anak.
Permainan tradisional Cagcag
Di permainan tradisional Bali lainnya yang membutuhkan keserasian antara emosional diri dan gerakan kaki adalah permainan cagcag.
Sudah begitu populer di kalangan anak-anak daerah Bali, permainan ini membutuhkan alat penunjang untuk memberikan tantangan kepada pemainnya.
Bambu adalah alat utama permainan yang digerakkan oleh empat orang membentuk formasi tanda tambah sambil bernyanyi.
Cara memainkannya
Aturan utama dalam permainan ini adalah pemain tidak salah gerak sehingga kakinya tidak tercepit. Selama permainan berlangsung empat orang yang memegang bambu terus menggerakkan bambu dengan membuka dan menutup sesuai dengan irama lagu.
Berikut lirik lagu yang mengiri selama permainan cagcag berlangsung.
Mak jemak pejang
guline sowang-sowang,
sepit sepit apikang
celempungang ke botole megonggang
Mak jemak pejang,
bolane sowang-sowang,
pelung lan gadang,
di bumbunge megarang.
Nilai karakter
Gerakan buka tutup bambu yang mengikuti irama lagu cagcag mengajarkan nilai pendidikan karakter bagi setiap pemainnya.
Kesabaran, ketelitian, percaya diri, kekompakan, dan kerjasama akan terbangun dalam setiap pribadi pemain untuk menghasilkan gerak yang selaras.
Baca Juga: Tiga Permainan Tradisional Jawa Tengah
Meong-meongan
Gembira dan lucu adalah dua contoh manfaat dari permainan tradisional meong-meongan yang dikenal banyak oleh anak-anak di Bali.
Permainan sederhana yang membutuhkan kerjasama tim begitu lekat dengan luapan ekspresi anak-anak yang cenderung aktif dan riang gembira.
Permainan tradisional meong-meongan Bali dan cara memainkkannya
Sebanyak delapan anak atau lebih berkumpul bersama dalam sebuah lapangan luas dan sepakat untuk memulai permainan meong-meongan.
Satu anak menjadi meng yang berarti dalam bahasa Indonesia adalah kucing, dan satu anak menjadi bikul yang berarti tikus.
Meng akan mengejar bikul pada saat mendapatkan kesempatan, yakni saat lingkaran benteng membukakan pintunya.
Pintu benteng hidup akan terbuka saat anak-anak menyanyikan lagu pada lirik “juk-juk meng juk-juk meng juk-juk kul.”
Berikut lirik lagu permainan tradisional meong-meongan Bali.
Meong-meong
Alih ja bikule
Bikul gede gede
Buin mokoh-mokoh
Kereng pesan ngerusuhin
Juk meng… Juk kul.
Nilai karakter
Tidak berbeda dari dua dari tiga contoh permainan tradisional Bali yang telah teruraikan di atas. Nilai pendidikan karakter pada permainan ini membantu perkembangan anak mengenal lingkungannya terutama untuk bersikap sporitivitas, kerjasama, dan jujur.
Demikianlah tiga contoh permainan tradisonal Pulau Dewata yang mengajarkan pendidikan karakter bagi anak-anak.
Baca Juga: