Tungku Perapian Rumah dan Kepercayaan Masyarakat

tungku perapian rumah

Update Terakhir: 4 Desember 2022 oleh Abdul Jalil

Estimasi waktu baca: 5 menit

Di dalam rumah pedesaan umumnya memiliki tungku perapian dengan berbagai macam model yang bermanfaat sebagai penghangat badan. Namun, ada pula yang menempatkan perapian sebagai kekuatan atau simbol dan menjadi kepercayaan sekelompok masyarakat setempat. Seperti apa kepercayaan terhadap perapian tersebut? Temukan jawaban menariknya pada artikel berikut ini ya, kak.

Dalam sejarahnya api menjadi penemuan manusia yang sangat berharga. Dengan api kita dapat mengolah bahan makanan menjadi masakan yang lezat dan aman.

Kini manfaat api semakin meluas dan sudah menjadi bagian dari kelengkapan interior rumah. Penggunaan api (perapian) dalam rumah umumnya berbentuk tungku dengan berbagai model yang menyesuaikan keadaan ruangan.

Baca Juga:

Model Perapian Dalam Rumah

Bagi masyarakat dataran tinggi (pegunungan) perapian rumah bermanfaat sebagai tempat menghangatkan tubuh saat malam dan pagi hari. Model perapian menyesuaikan dengan interior dalam rumah tinggal mereka.

Seorang ahli arsitektur asal Inggris bernama Unwin menggolongkan perapian (hearth) sebagai salah satu tempat primitive selain altar dan makam. Dan seiring berjalannya waktu bentuk tungku telah mengalami transformasi.

cara membuat tungku perapian dalam rumah yang bermanfaat sebagai tempat memasak
Transformasi Tungku Menurut Unwin – Dewi

Dahulu tungku perapian berbentuk api unggun perkemahan yang sekitarnya tersusun bebatuan untuk membatasi tanah yang hangus terbakar. Kemudian mengalami transformasi bentuk dengan menggunakan batu berukuran cukup besar yang kemudian di sebelahnya menjati tempat berlindung perapian dari angin.

Sekarang telah banyak terjumpai perapian terbuat dari konstruksi berbentuk seperti kursi atau meja dengan bahan material tanah liat. Sehingga tungku lebih mirip seperti sebuah shelter yang dapat tergunakan untuk keperluan memasak/memanggang sekaligus menghangatkan tubuh.

Sedangkan penempatan perapian dari jaman dulu hingga sekarang tidak ada ketetapan yang khusus. Melainkan peletakkannya hanya terdasari oleh kepercayaan atau keyakinan sekelompok masyarakat setempat.

Contohnya dapat kita lihat pada rumah tinggal masyarakat nusantara yang menempatkan perapian berdasarkan ruang dan kepercayaan.

Orang Jawa menempatkan perapian di luar atau dalam rumah sebagai pawon untuk tempat memasak dan ruang bercengkrama keluarga. Sedangkan suku Yali dan Tengger menempatkan perapian di tengah – tengah rumah sebagai pusat kegiatan keluarga sehari – harinya.

Dari sekian banyak bentuk perapian dalam rumah umumnya tetap bermanfaat sebagai tempat menghangatkan tubuh dan memasak.

Namun, ada manfaat menarik dari penempatan perapian rumah nusantara yang kita kenal kental akan kebudayaan dan kepercayaannya.

Apa saja manfaat perapian yang terdapat pada rumah – rumah nusantara? Tetap simak penjelasannya di bawah ini ya, kak.

Baca Juga:

Manfaat Tungku Perapian Di Rumah – Rumah Nusantara

Keberadaan perapian yang sering kita jumpai pada rumah setiap suku tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat setempat. Mitos – mitos terhadap fungsi api di masyarakat terus meluas seiring berjalannya waktu.

Berangkat dari sebuah mitos berkembanglah pula kekuatan simbolik keberadaan api dalam rumah. Sehingga perapian tidak hanya bermanfaat sebagai tempat untuk memasak saja. Melainkan sebagai simbol yang menjadi kepercayaan sekelompok masyarakat setempat.

Penjaga Rumah

Bagi orang Jepang pada setiap perapian terdapat Dewi Api yang selalu hadir menjaga rumah. Mereka mengenal Dewi Api itu dengan sebutan Fuji yang terartikan sebagai “leluhur penjaga”.

Orang Korea mengenal Dewa penjaga dapur dan api dengan sebutan Chowang-shin atau Jowang-sin. Mereka mengenal Dewa tersebut sebagai pengontrol kehidupan dan keselamatan keluarga di dalam rumah.

Serupa dengan kepercayaan masyarakat Jepang dan Korea, masyarakat Tengger meyakini perapian atau pawonan memiliki kekuatan seperti Dewa. Masyarakat mengenalnya dengan nama Ken dan Nek Towok yang menguasai perapian dalam rumah.

Kehidupan Manusia

Karena meyakini adanya kekuatan khusus dari Dewa atau Dewi dalam tungku perapian. Sekelompok masyarakat nusantara memaknai api sebagai simbol kehidupan.

Seperti masyarakat Sasak dan Tengger menempatkan api sebagai media pada serangkaian upacara kelahiran dan kematian.  Peraq api yang berarti memadamkan api saat bayi sudah terlahir merupakan bagian dari upacara dan kepercayaan masyarakat Sasak. Upacara Entas-entas adalah kepercayaan masyarakat Tengger untuk menyucikan adman atau ruh orang yang telah meninggal.

Penghargaan

Upacara Entas-entes selain untuk mensucikan ruh leluhur juga tersimbolkan sebagai penghargaan yang menjadi kepercayaan masyarakat Tengger.

Keselamatan

Seperti yang telah teryakini oleh sekelompok masyarakat setempat tungku perapian rumah menjadi simbol keselamatan keluarga. Sekelompok masyarakat meyakini api dan asap dari perapian dapur terdapat kekuatan untuk penolak bala atau menjauhkan keluarga dari gangguan roh jahat.

Tungku Perapian Sebagai Kekerabatan

Kekuatan api sebagai simbol kekerabatan banyak terjumpai pada sekelompok masyarakat nusantara. Masyarakat memanfaatkan api (perapian) sebagai media yang dapat menghangatkan suasana kekeluargaan saat masak bersama di dalam dapur.

Contohnya dalam rumah adat Dayak Ngaju Kalimantan memiliki jumlah perapian dalam rumah sesuai jumlah keluarga yang mendiaminya. Demikian pula masyarakat adat Asmat memiliki perapian sesuai dengan jumlah keluarga dalam klan serta memiliki satu perapian untuk bersama.

Sedangkan rumah Siwalungjabu di Karo, satu perapian tergunakan untuk dua keluarga sehingga pola hunian rumah selalu berjumlah genap.

Nah, demikianlah kebermanfaatan perapain dalam rumah menurut kepercayaan sekolompok masyarakat di nusantara ini.

Baca Juga:

About Adha Susanto

Senior Rover Scout of Diponegoro University

View all posts by Adha Susanto →